04 Januari 2009

Syahrullah

Syahrullah

Rasulullah bersabda: “puasa yang paling utama setelah ramadhan adalah puasa di bulan Allah (yaitu) Muharram. Sedangkan shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat malam.”(H.R Muslim)

Bulan Muharram merupakan suatu bulan yang disebut sebagai syahrullah atau bulan Allah sebagaimana telah disampaikan Rasulullah SAW dalam sebuah hadist. Hal ini bermakna bulan ini memiliki keutamaan yang agung dan khusus karena disandarkan dengan lafadz Jalalah (lafadz Allah).
Para ulama menyatakan bahwa penyandaran sesuatu pada lafadz Jalalah(lafadz Allah) tentulah menunjukkan atas (tasyrif) kemuliaan dan (fadhilah) keutamaan yang dikandungnya. Sebagaimana istilah baitullah, rasulullah, saifullah dan sebagainya.
Nama Ka’bah atau Masjidil Haram dan Masjid yang lain menjadi mulia dengan disebutkan sebagai Baitullah, yang berarti rumah Allah. Begitu juga dengan penamaan Rasulullah, ia menjadi lebih mulia dibanding dengan nabi.
Selain itu bulan Muharram diberi nama oleh Rasulullah SAW dengan sebutan syahrullah karena termasuk empat bulan yang dinamakan ‘Al Asyhurul Hurum’ (bulan-bulan terhormat), yaitu bulan Dzul Qa’dah, Dzul Hijjah, Muharram dan Rajab. Imam Ali bin Abi Thalhah dan Ibn Rajab berpendapat bahwa empat bulan ini dinamakan ‘Al Asyhurul Hurum’ karena amal sholeh dan ketaatan yang dilakukan di dalamnya lebih besar dan pahalanya lebih banyak dibanding dengan bulan-bulan yang lain, begitu pula sebaliknya dengan kemaksiatan atau perbuatan dosa, jika seseorang melakukan maksiat pada bulan ini maka dosa yang akan diterimanya menjadi besar. Maka masa-masa di bulan ini adalah masa yang paling Allah cintai dan hendaklah seorang muslim tidak menyia-nyiakan guna memperbanyak ibadah.
Letak kemuliaan dan keutamaan bulan Muharram adalah 10 hari yang pertama, atau bolehlah kita katakan bahwa asrar (rahasia kemuliaan) bulan Muharram terletak pada sepuluh hari yang pertama. Sedangkan bulan Ramadhan asrarnya terletak pada 10 hari terakhir dan Dzul Hijjah asrarnya terletak pada 10 bulan pertama.
Lebih istimewa lagi dalam bulan muharram yaitu pada tanggal 10 muharram terdapat berbagai peristiwa seperti hai dicipta nabi Adam As, hari dicipta langit, bumi, bulan dan bintang, hari lahir nabi ibrahim dan lepasnya dari unggun api raja namrud, hari selamatnya nabi Musa dan tenggelamnya fir`aun, hari lahir nabi Isa dan diangkatnya ke langit, nabi Idris diangkat ke tempat yang mulia, nabi Nuh selamat dari banjir besar dan taufan dan lain-lain.semua peristiwa ini atas dasar yang sama dengan perjuangan Rasulullah SAW dalam menegakkan akidah sebenarnya. Semoga perististiwa bersejarah tersebut bisa menjadi pengajaran bagi kita.

Hijrah

Hijrah

Allah SWT berfirman: ”Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sehingga ia merubah nasibnya sendiri,”(QS. Arra`du:11)

Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat. Esok kita akan memasuki tahun baru 2009 dan meninggalkan tahun 2008. Tetapi adakah perubahan yang akan kita bawa ataukah hanya sekedar pergantian kalender di rumah kita?
Firman Allah di atas memberi otoritas kepada segenap manusia untuk merubah diri dengan berhjrah yaitu dengan cara berusaha sekuat tenaga dan pikiran, mengerahkan segala potensinya demi kehidupan yang lebih baik. Bukan semata bergantung pada kekuatan yang lain tetapi juga didasari dengan ikhtiar diri.
Salah satu makna penting Hijrah adalah adanya proses berubah dari perilaku yang buruk (bathil) menuju peradaban yang baik, benar dan mulia. Sedangkan jika dimaknai dalam konteks kebangsaan, hijrah adalah merubah tatanan masyarakat sehingga terwujud kesejahteraan.
Hijrah secara sederhana dapat dilakukan seseorang dengan meninggalkan keinginan-keinginan yang rendah, moralitas yang buruk, dan kekhilafan-kekhilafan yang telah ia lakukan menuju kepada kehidupan yang lebih religius dan bermoral mulia. Dimulai dengan berkata jujur, sedekah dan aktifitas ibadah yang lainnya baik secara vertikal kepada Allah atau secara horizontal kepada manusia. Dengan demikian hasil dari hijrah akan tampak.
Di sisi lain, peristiwa hijrah yang pernah dilakukan Rasulullah itu, tidak semata sejarah biasa, tapi patut menjadi sebuah manhaj, yang harus senantiasa direnungkan maknanya dan diamalkan ibrahnya.
Dengan berhujjah pada hadist Rasul SAW yang menyatakan 3 golongan manusia yaitu golongan beruntung atau jika hari ini lebih baik dari hari kemarin., artinya amal perbuatannya hari ini lebih banyak daripada hari kemarin (serta maksiatnya lebih sedikit dibandingkan dengan hari kemarin) hendaknya seorang muslim:
1. Mampu memasang semangat baru untuk memulai tahun baru ini dengan nilai-nilai mulia dan menambah keimanannya kepada Allah dengan bertaqwa
2. Mengikuti jejak Rasulullah SAW beserta para sahabat dengan menerapkan perilaku, suri tauladannya ke dalam kehidupan kita.
3. Membawa spirit hijrah dalam segala aspek kehidupan, artinya pindah dari kehidupan yang kurang baik pada masa lalu menjadi lebih baik pada masa yang akan dilalui baik dalam rumah tangga, bermasyarakat atau bernegara


Ayis Mukholik
.

Muhasabah dan Istighfar

Muhasabah dan Istighfar


Allah berfirman: Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok(akhirat) dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.(Al hasyr: 18)

Muhasabah atau yang lebih kita kenal dengan interopeksi diri adlah hal yang penting dilakukan oleh setiap muslim. Karena ada sebuah kepastian bahwa waktu yang telah terlewati tidak akan kembali lagi sedangkan tanpa disadari kematian akan mejenmput kita kapan saja, tidak mengenal waktu dan tempat dan yang bermanfaat kala itu adalah amal shaleh.
Ingatlah saudaraku, bahwa Rasululloh SAW membagi manusia dalam 3 golongan:
1. Golongan beruntung, jika hari ini lebih baik dari hari kemarin., artinya amal perbuatannya hari ini lebih banyak daripada hari kemarin (serta maksiatnya lebih sedikit dibandingkan dg hari kemarin).
2. Golongan merugi, jika hari ini sama dengan hari kemarin. .
3. Golongan celaka, jika hari ini lebih buruk daripada hari kemarin. Ini berarti, amal perbuatannya hari ini lebih sedikit dibandingkan hari kemarin
Manusia adalah makhluk yang lemah, adakalanya ia sering berbuat khilaf dan dosa tanpa disadarinya, namun sebaik-baiknya orang yang berbuat dosa adalah yang selalu memohon ampunan atas segala dosa yang ia lakukan.Istighfar merupakan salah satu jalan untuk memohon ampunan Allah karena istighfar mempunyai kedudukan yang tinggi dalam diri seorang hamba,
Dari Syadad bin Aus r.a., dari Rasulullah saw., bahwa beliau berkata, ‘Orang yang pandai adalah yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah swt. (HR. Imam Turmudzi, ia berkata, ‘Hadits ini adalah hadits hasan’)
Pada suasana pergantian tahun hijriah seperti saat ini bukanlah sekedar pergantian kalender di rumah kita melainkan kita dituntut agar berbenah diri memperbaiki amal-amal kita guna membuka lembaran baru di tahun yang baru. Sekaligus renungan bagi kita tentang kekhilafan apa yang telah kita lakukan sebelumnya. Hal semacam ini yang seharusnya layak dipikirkan oleh setiap muslim yaitu bermuhasabah dan istighfar agar selalu dalam keadaan siap jika sewaktu-waktu dipanggil olehNYA.

Merefleksi Makna Pahlawan

Merefleksi Makna Pahlawan


Pahlawan haruslah dimaknai secara kontekstual, apalagi dalam menyikapi kepentingan bangsa dan Negara saat ini. Indonesia sangat membutuhkan jiwa-jiwa pahlawan untuk mewujudkan perdamaian dan kesejahteraan rakyatnya. Apakah saat ini, kita dapat menemukan jiwa tersebut?
Pada umumnya, pahlawan sering dikaitkan dengan perjuangan serta pengorbanan nyawa. Mereka berani melawan kekejaman penjajah. Dengan gagah berani, tak gentar dan tak takut mati demi mempertahankan bangsanya. Apakah pahlawan hanya dimaknai sebatas itu?
Sangatlah sempit pemahaman kita jika pahlawan hanya dimaknai dengan pengorbanan nyawa. Apalagi makna tersebut menyesuaikan keadaan saat itu. Pada 10 November 1945, Bung Tomo memimpin “arek-arek” Surabaya untuk melawan Belanda. Hanya berbekal semangat, bambu runcing untuk bergulat dengan bom-bom canggih penjajah. Peristiwa heroik tersebut setidaknya dapat menggerakkan jiwa untuk tetap mempertahankan kehormatan para pahlawan dan menjaga eksistensi bangsa. Hampir di seluruh penjuru Indonesia menjadikan peristiwa bersejarah itu sebagai hari pahlawan yang diperingati tiap tahunnya.
Di sekolah-sekolah diselenggarakan upacara, begitu juga di tempat-tempat lain diadakan seminar-seminar tentang kepahlawanan. Tetapi sungguh ironis karena peringatan tersebut kini hanya dianggap sebagai acara seremonial belaka tanpa ada penghayatan dan tidak menumbuhkan semangat untuk memperbaiki bangsa yang amburadul ini.
Penyebabnya adalah bangsa ini belum mampu menghayati makna pahlawan secara kontekstual sesuai dengan tantangan zaman. Sehingga tidak bisa mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Penyebab lainnya adalah belum bisa menghargai pengorbanan mereka sehingga tidak ada `greget` untuk mencintai bangsanya sendiri.
Pahlawan adalah seseorang yang dibutuhkan dan bisa memenuhinya. Dalam pernyataan tersebut mengandung nilai pengorbanan, kesetiaan, dan tanggung jawab. Andai saja setiap orang Indonesia berprinsip seperti itu, yang diperoleh adalah kemerdekaan, baik dari kalangan tinggi ataupun kalangan rendah. Sehingga terjalin simbiosis mutualisme. Adapun birokrasi pemerintah tidak akan kesulitan dalam menjalankan tugasnya untuk mensejahterakan rakyatnya. Masalah Negara bukanlah masalah pemerintah tetapi masalah kita semua sebagai warga yang baik. Yang merubah suatu tatanan Negara bukan pemerintah saja, tetapi kita turut andil dalam membangunnya.
Ini adalah sebuah refleksi bagi kita. Sudahkah kita menjadi pahlawan bangsa? Sudahkah kita mampu memberikan yang terbaik untuk bangsa?

Memberdayakan SDA Bangsa

Memberdayakan SDA Bangsa

Saat ini Indonesia mengalami resesi ekonomi yang menyebabkan kenaikan biaya hidup, harga BBM, harga pangan, sandang, kesehatan dan lain-lain. Sehingga terjadi perdebatan di masyarakat tentang krisis ekonomi global yang berpengaruh pada Negara ini.
Mungkin Indonesia sudah terlalu lama bermimpi untuk keluar dari status Negara berkembang menjadi Negara maju. Pemerintahnya menginginkan rakyatnya hidup mandiri, mampu menciptakan lapangan kerja dan peduli akan potensi alam negaranya. Cita-cita besar ini tidak bisa disalahkan begitu saja, karena memang setiap Negara pasti mempunyai tujuan yang sama yaitu menjadi Negara yang diakui dan disegani di kancah dunia. Sebagian besar paradigma mengatakan bahwa Negara yang disegani adalah Negara yang tingkat ekonominya mapan, militernya kuat dan mampu berdiplomasi dalam segala hal. China sudah membuktikan abilitinya pada Negara-negara maju di eropa dan amerika. Jepang dan korea masih dalam proses menggaungkan namanya, Malaysia sudah memulai, lalu bagaimana dengan Indonesia?
Sebenarnya Indonesia mampu bersaing dengan Negara-negara maju dalam peningkatan ekonomi jika mampu memanfaatkan SDAnya. Tidak diragukan lagi Indonesia memiliki hasil bumi yang melimpah, keindahan alam yang menakjubkan dan kaya akan potensi alam. Dari potensi kelautan menghasilkan minyak bumi, rumput laut, ikan bahkan bisa menambah devisa Negara dengan menjadikannya tempat wisata. Pertaniannya memiliki tanah yang mengandung humus yang tinggi sehingga tanaman subur. Dan masih banyak lagi potensi-potensi bernilai ekonomi, seperti pertambangan, industri dan agrobisnis.
Permasalahan tentang turunnya tingkat perekonomi yang dihadapi bangsa ini disebabkan karena manajemen dan pengelolaan SDA yang luput. Contoh yang nyata adalah FREEPORT, perusahaan asing milik Amerika Serikat tersebut dapat memperoleh keuntungan besar dengan mengeruk kekayaan alam Indonesia berupa pertambangan emas. Dan masih banyak perusahaan asing lainnya yang melakukan hal serupa seperti perusahaan Exxon Mobil di Aceh, NCO yang mampu melakukan produksi nikel dengan menggunakan listrik sebesar 9,6 Mega Watt yang di mana sumber aliran listrik tersebut mereka produksi sendiri. PT Newmont yang mengeruk emas di Nusa Tenggara.
Dalam kondisi bangsa yang kecolongan kekuatan ekomominya seperti yang terjadi saat ini, pemerintah harus mengambil langkah cepat guna meningkatkan perekonomian bangsa dengan cara memanfaatkan potensi alam yang dimiliki Indonesia secara optimal dan memberdayakan pondasi kekuatan ekonomi di desa. Karena sebagian besar esensi ekonomi ada di desa.
Dengan demikian akan tercipta banyak lapangan kerja baru, sehingga tingkat ekonomi bangsa akan meningkat dan masyarakat miskin menjadi berkurang karena mempunyai penghasilan dari lapangan pekerjaan yang tersedia.
.

jati diri ibu

Jati diri Ibu

"Tidak akan memuliakan perempuan-perempuan melainkan orang yang mulia, dan tidak menghina akan perempuan-perempuan melainkan orang yang hina." (Hadis riwayat Ibnu `Asakir)
Seorang ibu merupakan sosok yang luar biasa. Bayangkan saja, berbagai macam pengorbanan yang telah ia berikan kepada anak dan keluarganya. Pentingnya peran seorang Ibu dalam keluarga. tidak diragukan lagi karena memang seorang ibu mempunyai pengaruh yang besar dalam membangun sebuah keluarga yang mawaddah wa rahmah. Bahkan, dapat dikatakan bahwa kesuksesan dan kebahagiaan keluarga sangat ditentukan oleh peran seorang ibu.
Sebagai contoh Ibu mempunyai peran besar terhadap anak. Ia melahirkan, menyusui, mendidik, menanamkan nilai-nilai agama, budaya, moral, kemanusiaan, pengetahuan, ketrampilan dasar dan lain-lain sehingga ibu sering disebut sebagai madrasah pertama bagi anak-anaknya.
Itulah jati diri seorang ibu, berupa kasih sayang dan pengorbanan. Dengan kasih sayangnya, seorang ibu rela untuk merawat anaknya ketika masih dalam kandungan selama 9 bulan lamanya. Kapanpun, dimanapun, ia berusaha untuk menjaga yang ada dalam perutnya meski terasa berat agar janin tetap selamat. Kemudian ketika proses melahirkan anak, ibu berjuang keras bahkan nyawa sebagai taruhannya. Hal itu dilakukan tidak lain karena kasih sayangnya yang besar terhadap anak sehingga seorang ibu lah yang memiliki kedekatan dan hubungan batin yang erat dengan anaknya.
Adapun pengorbanannya dapat kita lihat pada kisah Siti Hajar, ibu Nabi Ismail. Ketika berada ditengah lembah yang gersang, ia mendengar tangisan ismail sehingga timbul kepekaan yag sangat tinggi untuk mencari air. Ia berlari-lari kecil dari bukit sofa ke bukit marwah yang terjal sebanyak tujuh kali tanpa mempedulikan bahaya yang akan menimpanya. Maka Allah memberikan balasan atas pengorbanannya berupa air zam-zam yang hingga saat ini menjadi sumber kehidupan masyakat Makkah dan umat di seluruh dunia. Oleh karena itu seorang ibu mendapatkan tempat yang mulia baik di sisi Allah maupun manusia.
Alloh SWT berfirman,
“Dan hendaklah takut kepada Alloh SWT orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Alloh SWT dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (an-Nisa:9).
Dari ayat di atas, sejatinya seorang ibu tidak akan membiarkan anaknya terlantar. Ia akan berjuang sebaik mungkin agar anaknya menjadi sholeh. Sehingga sangat keterlaluan jka seorang anak mendurhakainya. Terimakasih ibu. Selamat hari ibu yang ke 80.

Ayis Mukholik